Friday, August 30, 2019

Survival Kit Mengikuti Geladi Resik dan Wisuda UI

gara-gara ga dandan, paling kumel. (Credit: Mas Diki, Magister IKom angkatan 2016)


Alhamdulilah, berhasil menyelesaikan pendidikan Pascasarjana tepat waktu, pas 2 tahun. Alhamdulilahnya bukan karena bangga ataupun jumawa, tapi lebih bersyukur. Setidaknya tak mengorbankan Honda Beat satu lagi setiap 6 bulan sekali. Berat diongkos, Cin..

Berbeda dengan S1 di Unair, proses wisuda di Universitas Indonesia diawali dengan geladi resik yang tampilannya mesti lebih heboh dibanding wisudanya sendiri. Penyebabnya karena wisudawan akan berfoto salaman dengan Rektor UI dan dekan jurusan masing-masing. Demi penampilan yang menarik seumur hidup, maka berdandanlah.

Mungkin sebaiknya UI mengganti istilah Geladi Resik dengan 'Foto Salaman Bersama Rektor dan Dekan' agar para wisudawan tak salah sangka. Sejumlah teman memilih tidak mengikuti geladi dengan alasan.

"Halah ga penting, paling juga latihan seremonial sebelum hari H."

Ternyata tidak. Selain foto bersama dengan Rektor-Dekan dan mengetahui urutan wisuda, geladi resik waktu yang tepat untuk berfoto bersama keluarga. Suasananya lebih kondusif dibanding pas wisuda karena jumlah pengiring wisudwan tak banyak. Geladi resik di tanggal aktif membuat para keluarga dan kerabat wisudawan berhalangan hadir.

Geladi resik berjalan sekitar 2-4 jam tergantung masing-masing jurusan. Jurusan yang dipanggil lebih dulu untuk besalaman akan bisa pulang lebih dahulu. Karena itulah, saya sarankan membawa makanan, minuman, dan kipas selama menunggu.

UI tak menyediakan makanan dan minuman selama acara berlangsung. Mungkin biaya Rp 900 ribu yang dibayarkan per wisudawan tak cukup untuk membeli sekerat roti atau seteguk air --kecuali katering prasmanan untuk para guru besar. Jadi bawalah sendiri. Ini berlaku juga waktu pelaksanaan wisuda.

Bawalah kipas manual atau elektrik karena gerah sekali waktu acara berlangsung. Mata saya tak menjangkau adanya kipas angin atau AC, mungkin tak terlihat.

Bagi yang membawa kendaraan pribadi seperti mobil, geladi resik akan memakan waktu sekitar 60 menit dari Margonda. Tapi saat wisuda, waktu yang ditempuh bisa mencapai 3 jam dari gerbang UI hingga Balairung begitu pula sebaliknya. Ini pula tak termasuk saat melewati jalanan Depok

Jadi, lebih baik gunakan commuterline karena lebih cepat dan menghemat waktu. Turunlah di Stasiun Pondok Cina kemudian masuk ke arah UI. Balairung tepat di seberang Stasiun Pondok Cina. 

Kalau mengundang kerabat untuk hadir, tentukan lokasi bertemu saat acara usai. Entah kenapa sinyal hp begitu susah.

Nah, begitu kiat san survival kit yang perlu dibawa saat mengikuti geladi resik dan wisuda di Universitas Indonesia. Saya sendiri mengikuti geladi resik pada tanggal 28 Agustus 2019. Sampai tulisan ini diturunkan di blog, saya belum mengikuti wisuda. Setelah tanggal 31 Agustus mungkin akan saya koreksi.

Lah dari mana saya tahu kalau wisuda UI bakal macet sampai 3 jam? Saya tahu ketika datang ke syukuran sahabat setelah wisuda empat tahun yang lalu. Acara syukuran digelar di dekat UI Depok. Bayangkan, empat tahun yang lalu sudah begitu macet, apalagi sekarang!**

Revisi setelah wisuda tanggal 31 Agustus 2019. Wisudawan dan keluarga mendapatkan snack, lumayan mengganjal perut. Ada pula makan siang, box KFC tapi harus diambil di Rotunda UI. Karena malas dan pengen cepat pulang, saya tak sempat menikmati makan siang.

Urusan hajat buang air, UI menyediakan truk toilet selain yang ada di gedung. Hanya saja, antrian mengular karena sesak pengunjung. Toilet di gedung lain menjadi alternatif meski butuh jauh jalan kaki.

1 comment: