Saturday, May 18, 2019

Renungan Ramadhan: Sampah yang Mesti Dibuang

When I find myself in times of trouble, Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be
And in my hour of darkness she is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be
- The Beatles-



'Jangan memungut sampah orang lain terus menyimpannya ke dalam rumah kita'

Saya tak ingat siapa yang pertama kali mengajarkan tentang ini. Sampah merupakan analogi emosi negatif orang lain. Ketika sampah itu dilempar ke kita, bagaimana cara menanggapinya?

Yang pasti, ketika kita tanggapi dengan emosi negatif yang serupa, sampah itu beralih menjadi milik kita. Kunci mengatasinya adalah Let it be.

Lantas, bagaimana kalau perlakuan orang lain terhadap kita justru memunculkan sampah di rumah?

Ramadhan kali ini, saya berusaha mengatasi  sampah yang muncul di rumah. Sampah itu bernama, kekecewaan, kebingungan, dan hasrat ingin melampiaskan marah.

Bermula dari salah perencanaan akhirnya berujung 'nanti seterusnya mau makan apa?'. Akibat ada yang menikung di belokan. Buyar semuanya. Mau marah tapi sama siapa? Tepukan mendadak dari belakang rasanya membuat kepercayaan diri saya luruh.

Saya tipe orang yang mendendam di hati dalam bidang pekerjaan atas perlakuan buruk orang lain tanpa jelas mengatakan secara lisan 'Saya tidak suka dengan perlakuan anda terhadap saya'.

Gaji yang dicicil separuh di kantor A. Melihat politik kantor yang memuakan di kantor B sehingga memutuskan keluar. Mendapatkan porsi bagi hasil terkecil dengan beban kerja paling besar di pekerjaan C. Nama dipakai untuk promosi tapi pekerjaan tak kunjung datang di calon garapan D. Kerja tak kerja tapi upah tetap sama di garapan E. Terakhir, membiarkan orang menarik janjinya sementara dampak tidak berlakunya janji ada di saya. Dan masih banyak lainnya.

Tau ga sih mereka orang-orang itu telah mengambil hak atau rezeki orang lain?

Its okay. Mari kita kunyah ini pelan-pelan. Akhirnya, sesak disimpan sendiri. Tentu saja ini energi negatif atau 'sampah' yang mesti dibuang.

Meskipun di samping itu saya yakin, Tuhan akan memeluk dan mencukupkan kebutuhan saya dengan cara yang tak terduga. Selama ini sih begitu. Tapi tetap saja saya lambat bergerak tanpa planing.

Ini yang mestinya saya pelajari dari Baiquni. Hidup mengalir. Mungkin itu pula yang menyebabkan kita saling memilih karena bisa saling tambal.

Ramadan kali ini, membantu saya menata hati untuk membiarkan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Ramadan membantu saya mengurangi sampah-sampah di hati dan membuangnya di tempat yang tempat agar tak mengganggu orang lain.

And when the night is cloudy there is still a light that shines on me
Shine until tomorrow, let it be
-The Beatles-

Pic source of desert flower: shutterstock

No comments:

Post a Comment