Sunday, October 14, 2018

Hidup Murah Meriah Tapi Tetap Bergairah

Disclaimer: ukuran murah dan bergairah ini berdasarkan standar penulis. Mungkin Mbakyu dan Kangmas, anda semua  menganggap ini masih tetap mahal atau justru sebaliknya, terlalu receh.


Pertamax naik, biaya hidup meningkat. Iya benar, karena kami pengguna BBM non-subsidi. Tapi alhamdulilah sampai sekarang saya masih mendapatkan barang dengan harga murah meriah. Saya juga masih bisa menikmati makan enak, ke restoran fast food minimal sepekan sekali, nonton film 1-3 judul tiap bulan, beli buku, jajan street food enak-enak.

"Terang saja, gaji kalian kalau digabung kan lumayan," kata salah satu teman di kampung. Lumayan kalau tinggal di Kediri, tapi tidak terlalu besar untuk area Jakarta dan sekitarnya. Apalagi saat ini saya sedang menempuh kuliah lagi dengan biaya tiap semester membutuhkan uang seharga Honda Beat. Belum cicilan KPR,  cicilan aset di kampung, dan lain sebagainya. Namun yang penting kan tetap bersyukur, ya tho?

But anyway, ada beberapa cara ngirit yang menyenangkan. Dijamin, ketika kita berhasil melakukannya serasa menang lottery.

1. Listrik Hemat
Percaya tidak, kami hanya menghabiskan listrik Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per bulan. Padahal, barang elektronik yang kami pakai tidaklah sedikit. Ada televisi, lemari es, mesin cuci, penanak nasi, dua laptop, kipas angin, pompa air, dan peralatan listrik lain yang sering sekali kami pakai, bahkan ada yang setiap hari.

Kami memilih menggunakan listrik pra-bayar untuk mengontrol pengeluaran. Sebagai pengguna listrik non-subsidi --yang pastinya tarif kwh lebih mahal daripada yang disubsidi--,  kunci utama kehematan adalah gunakan seperlunya dan pakai saat kebutuhan banyak. Misalnya kami menggunakan tandon air yang diatur agar mengisi saat benar-benar habis. Jadi pengisianya hanya 2-3 hari sekali. Ini jelas menghemat listrik untuk air hingga 40 persen.

Ini juga berlaku untuk kipas angin, kami baru menyalakan bila cuaca benar-benar panas. Seperti akhir-akhir ini, Bogor yang kota hujan saja terasa gerah. 

Semakin panjang durasi hari dari listrik prabayar Rp 50.000, semakin kencang kami bersorak. Manse!!

2. Pilah pilih lokasi belanja
Untuk trik biaya makan sehari Rp 20.000 untuk dua orang bisa dibaca di sini . Tapi kiranya tips terebut bisa diperbarui dengan cara memilah pilih bahan belanja bulanan.

Untuk produk tertentu, supermarket memang terasa murah tapi tetap saja ada beberapa produk yang lebih miring bila dibeli di pasar tradisional. Setiap bulan sekali, kami pergi ke pasar malam di Jalan Surya Kencana, Bogor. Pasar ini sering menjadi rujukan para pedagang sayur rumahan untuk kulakan.

Tak banyak uang yang kami bawa, biasanya cukup Rp 100.000 untuk setiap kunjungan, sebulan sekali.  Kemarin Sabtu malam (13 Oktober 2018), belanja bumbu dapur ke Surya Kencana. Rencananya, kami akan membuat bumbu dasar merah dan dasar putih sekaligus menikmati kuliner malam di sekitar Kota Bogor.

Ini bukan #100RibuDapatApa challenge ya, hanya kebiasaan rutin. Saya juga tipe orang yang tidak bisa nawar. Kalau tak cocok ya ga jadi beli. Belanja 100 ribu kemarin dapat bawang merah 1/2 kg (10.000), bawang putih 1/4 kg (6000), tomat 1/2 kg (3000), cabe merah cabe rawit campur 1/4 kg (6000),  pisang raja selirang (20000), dan ikan fillet tongkol delapan cup plastik (20.000). Sisanya Rp 15000, untuk kue pukis keju, coklat, dan selai nanas. Kenyang berdua.


3. Selalu ada Kejutan
Jangan terlalu kalap saat melihat diskonan karena akibatnya sering kali membeli yang tak benar-benar diingini. Tapi kalau ada barang yang diinginkan pas diskonan tentu menyenangkan.

Alhamdulilah kami sering mendapatkan ini. Pernah suatu ketika ingin beli novel Crazy Rich Asian sepaket. Eh ada diskonan di Gramedia beli Rp 200 ribu cash back Rp 50.000. Lumayan kan. Ada juga pas waktu merayakan ulang tahun perkawinan, kami ingin makan sampai kenyang. Eh, di restoran cepat saji favorit kami --yang terkenal dengan nasi daging Jepang di mangkok-- sedang diskon. Makanan empat orang hanya seharga Rp 99.000. Kami pulang dengan begah tapi bahagia.

Kejutan-kejutan ini bukan kebetulan semata, tapi karena lebih pada jeli melihat situasi. Misalnya belanja buah. Indonesia terkenal dengan musim buah melimpah di bulan-bulan tertentu. Beli saja sesuai musimnya. Kami pernah 2 pekan makan buah naga ketika harganya saat itu hanya Rp 9000 per kg. Pekan ini kami puas dengan buah mangga harum manis yang cuma Rp 10.900 per kg.

Kalau berkunjung di daerah, atau pulang kampung, harga ini termasuk mahal. Tapi di Jabodetabek dan sekitarnya, jelas murah meriah.

4. Tertib Anggaran
Atur anggaran setelah gajian itu mesti dilakukan. Termasuk saya, freelancer yang gajinya tak tentu tiap bulan. Kadang, dalam sebulan saya bisa mengerjakan tiga proyek sekaligus yang nominal akhirnya bisa 3 kali lipat gaji suami. Tapi kadang kala, kalau lagi seret, harus terpaksa bobol tabungan. Makanya, perencanaan penting.

Separuh dari gaji masuk tabungan dan investasi, 10 persen untuk zakat dan sedekah, dan sisanya keperluan untuk bulanan. Jangan menghabiskan anggaran untuk kepentingan sesaat. Bila takut tabungan habis, ubah menjadi aset yang nilainya tak tergerus seperti emas. Investasi seperti sukuk, ORI, dan lain sebagainya. Tabungan ini selain untuk saat kondisi keuangan sulit tetapi juga tagihan menjelang biaya semeseteran kuliah.

5. Bergaya sesuai kantong
Waktu masih bekerja di majalah perempuan, saya sering menemukan reporter satu grup tapi beda majalah, menghamburkan gajinya yang di bawah saya untuk memenuhi gaya hidup. Mereka membeli tas bermerek yang harganya gaji mereka satu bulan. Untuk makan dan transportasi, mereka mengandalkan orang tua.

Saya memang fashion disaster, dan sering mules ketika melihat harga saat belanja. Tapi ada beberapa tips kalau ingin tetap gaya dengan uang seadanya. Miliki 5 fashion items yang timeless, yakni kemeja putih, celana hitam, celana jeans, cardigan warna netral, dan gaun hitam. Tinggal dipadu padankan dengan aksesoris apapun, akan tetap gaya. Bukan, saya tidak memiliki lima jenis ini karena memang tak peduli dengan segala macam fashion.

Sedangkan gaya nongkrong, sering kali banyak orang memilih makan di tempat yang bagus dilihat dan melihat tak peduli berapa duit mesti dikeluarkan. Setelah itu, puasa makan enak hingga gaji bulanan turun. Daripada seperti itu, mending digunakan untuk mengikuti seminar/pelatihan/workshop pengembangan diri. 

Seminar kayak gini biasanya dilakukan di hotel berbintang dengan makanan melimpah. Lengkap sudah, anda bisa bertemu orang baru, ilmu baru, makanan enak, bagus dilihat dan melihat.

Jadi, siapa bilang zaman sekarang hidup susah. Saya justru menemukan banyak barang-barang yang dulu orang tua kita tak bisa beli, tapi sekarang begitu mudah dinikmati.

No comments:

Post a Comment