Friday, January 12, 2018

Berkat di Tahun 2017

http://www.commentsyard.com/comments/blessings/


Kegiatan yang paling saya sukai dan terasa menyenangkan serta tak menimbulkan kerugian di pihak siapapun yaitu menghitung berkat. Awalnya, saya berencana segera membuat anugerah yang saya alami selama 2017. Namun aktivitas yang padat dan belum menemukan mood yang tepat membuat urung melakukannya.

Menghitung berkat yang saya terima merupakan salah satu bentuk syukur dan optimisme menjalani tahun berikutnya, 2018. Ada banyak hal yang petut disyukuri selama tahun 2017. Menyenangkan,  semakin memahami bahwa Allah begitu sayang kepada  saya.

Ada beberapa hal yang menyenangkan.

1. Suami tentunya. Saya bersyukur suami semakin memahami saya. Sikap egaliternya tak berubah, kami semakin erat layaknya dua sahabat. Dia masih pintar memasak, masih mempunyai pijatan yang luar biasa enak. Selalu menjadi rekan diskusi apa saja mulai dari yang berat-berat sampai yang remeh temeh.

2. Rumah. Saya semakin nyaman dengan rumah yang kami beli 2015 lalu. Memang tak banyak berubah, belum berpagar. Masih belum 100 persen direnovasi sehingga rembesan di langit-langit masih timbul saat hujan. Tapi yang patut disyukuri adalah bunga kertas, markisa, dan marigold yang saya sebar tumbuh dan berbunga. Bunga-bunga ini menimbulkan kebahagiaan saat dilihat. Mengundang kupu-kupu, belalang, lebah, dan tentu saja sejumlah anak tetangga yang ramai-ramai memetiknya. "Minta ya, Tante," okay ambil saja. Besok akan berbunga kembali. Apa yang tak membahagiakan selain celotehan anak kecil.

 Sedangkan melihat bunga kertas, bagi saya, seperti ziarah. Tiap kali lomba merangkai bunga 17 Agustusan di kampung, atau saat Dharmawanita di kantor Bapak, ibu sering kali menggunakan bunga kertas dan daun palem ketika kompetitornya menggunakan bunga yang lebih mahal seperti mawar, anyelir, krisan, bahkan lily. Murah meriah tapi tak kalah indah.

3. Berhasil resign tanpa tergoda bekerja fulltime lagi.
Ketakutan memilih pekerjaan freelance adalah aliran uang yang tak tentu. Namun nyatanya hal ini tak tebukti di tahun 2017 setelah memilih tak bekerja di kantor. Alhamdulilah pekerjaan dan rezeki terus mengalir lancar. Lebih senangnya lagi, saya bisa mengatur waktu kuliah, pekerjaan domestik, dan pekerjaan dengan baik.

4. Bisa kuliah S2 di UI
Saya memang berencana melanjutkan kuliah dan kampusnya mesti lebih bagus daripada Unair. Pilihannya ada dua memang, UI dan UGM. Alhamdulilah bisa di UI. Awalnya was-was, tak bisa kuliah karena biayanya luar biasa mahal. Seorang alumni satu universitas beda fakultas yang bekerja di salah satu parpol berjanji siap membantu merekomendasikan beasiswa tapi ternyata cuma PHP.

Dan alhamdulilah, Allah memberi ganti rezeki yang cukup untuk bayar kuliah. Positifnya, saya tak perlu membalas budi. There is no free lunch in politics, you better avoid than repayment.

5. Kejutan kecil menyenangkan
Kejutan kecil misalnya seperti eh tiba-tiba ada mesin cuci satu tabung merek ternama yang harga awalnya di atas Rp 3 juta, dan kami cukup mengeluarkan uang senilai Rp 1,5 juta. Ada promo indiehome di akhir tahun. Menemukan makanan pinggir jalan yang enak. Dan masih banyak kejutan kecil lain yang menggembirakan. Ho ho ho...

6. Menang lomba dengan hadiah yang lumayan
Saat pusing memikirkan biaya masuk UI. Eh, Allah memberikan bantuan lewat menang lomba yang hadiahnya bisa melunasi SPP satu semester. Saya harap tahun 2018 bisa kembali mengulang dengan kategori yang berbeda. Oiya, tahun kemarin opini masuk dalam nominasi tulisan terbaik. Opini saya yang dikirim ke Kompas ditolak namun alasan penolakannya menyenangkan. Dulu, tulisan ditolak karena tidak menghadirkan solusi baru tapi di tahun 2017, tulisan dianggap layak namun belum ada halaman. Redaktur menunggu tulisan-tulisan saya selanjutnya.  Alhamdulilah.

7. Orang baru dan semuanya baik
Di tahun 2017, saya bertemu dengan banyak teman baru. Teman kuliah, tetangga-tetangga baru, dosen, narasumber, teman yang saya kenal waktu menjadi finalis sejumlah lomba. Dan syukurnya, semuanya baik.

8. Lebih dekat dengan saudara kandung
Hubungan saya dengan adik memang tak pernah buruk, tapi juga tak bisa disebut akrab. Dulu, saya melihatnya sebagai si bungsu, anak kecil yang tak tahu apa-apa. Entah apa pandangan dia terhadap saya. Alasannya, saya terlalu khawatir.

Dia kehilangan pawang (baca: ibu kami) saat masih menginjak SMP. Padahal dia dulu manja sekali. Waktu ibu sakit dan divonis, dia menangis tersedu-sedu di kelas sampai membuat wali muridnya bingung. Dia sempat kehilangan arah, sempat membuat kami khawatir.

Tapi seiringnya waktu, saya sadar dia berhasil berproses. Makin dewasa, makin matang. Kami sering berbicara layaknya teman, dan saya mencoba berani mempercayai pilihan-pilihannya. Meski sejumlah sepupu mengeluhkan dia yang sering pulang malam karena pekerjaan paruh waktu dan kuliahnya sempat molor menjadi 4,5 tahun, bagi saya, dia masih on track dan tak tersesat.

9. Ilmu baru
Seorang klien terkejut saat mengetahui saya mengikuti workshop menulis sebagai peserta. "Masih mau belajar menulis, bukannya pengalaman sudah banyak?" Kenapa tidak. Ilmu menulis saya masih sangat rendah. Kemampuan masih seujung kuku.

Begitu pula saat bos kantor suami yang keheranan karena saya mengambil kuliah lagi walau tanpa pekerjaan.  "Istrimu mau jadi apa kuliah lagi, toh sekarang ga kerja kan," katanya kepada suami. Justru dengan belajar, saya mendapatkan ilmu-ilmu yang saya baru tahu, bertemu orang-orang pintar yang membuat mulut ternganga.

10. Semua masalah teratasi dengan baik
Jujur, ketika menulis poin ini, saya sama sekali tak ingat ada riak-riak apa yang mengganggu perjalanan di tahun 2017. Ralat, kecuali satu itu. Tapi dari tempat itu saya menemui teman-teman baru, pengalaman menegangkan dan tentu menyenangkan. Saya juga belajar bagaimana ketidaktepatan kuputusan atau salah pengelolaan  akan berimbas buruk pada suatu institusi. Thanks God, i can quit well.

Namun saya sadar pasti riak-riak ini memberi arti dan warna pada kehidupan. Masalah-masalah kecil ini mematangkan antibodi saat menemukan masalah di tahap selanjutnya.

Sejatinya, banyak yang patut disyukuri sepanjang 2017 kemarin. Tapi cukuplah sampai di sini karena blog ini tak akan cukup bila semua berkat ditulis satu persatu. Saya yakin, tahun ini akan lebih banyak tantangan dan kejadian yang menyenangkan.

When i start counting my blessing, my whole life turned around -Willie Nelson-

No comments:

Post a Comment